Rabu, 18 Juni 2014

Siapa yang kunantikan?

Terkadang, hidup itu aneh. Kita sibuk mencari kemana-mana padahal yang kita butuhkan ada di dekat kita. Sebagai contoh saja ketika saya terburu-buru mencari hape, padahal jelas-jelas hape saya pegang. Hahahaha. Orang sekitar menyadarkan sekaligus membodoh-bodohkan. Tidak mengapa. Anggap saja itu suatu humor langka.

Akhir-akhir ini, saya dibingungkan dengan suasana hati saya sendiri. Hati menginginkan segala sesuatu yang luar biasa namun tangan dan diri ini tak begitu kuat dan pantas menerimanya. Seharusnya diri ini tahu siapa dan bagaimana keadaan diri. Ahh ... sudahlah. Saya bingung dengan diri saya sendiri.

Kebingungan selanjutnya, saya mulai bingung dengan perasaan saya. Ketika saya suka dengan seseorang, saya sulit mengungkapkannya melalui mulut saya. Saya hanya bisa mengeluarkan gerak-gerik meskipun gerak-gerik itu juga melaui mulut. Maksudnya, saya tidak bisa mengatakan "Aku suka kamu" secara langsung dan akan lebih nyaman ketika saya mengatakan "Hati-hati di jalan, Jaga kesehatan, Semangat, dll". Saya seperti itu karena saya tidak mau gegabah. Ada yang bilang, jika suka pada seseorang, segera bilang dan utarakan, jika tidak demikian, akan sakit ketika orang yang disukai ternyata memilih orang lain. Tapi, di sisi lain, saya berfikir bahwa saya tidak ingin mengganggu konsentrasi saya dan orang yang saya sukai dalam meraih cita-cita dan angan-angan. Teman pun mengingatkan, akan lebih semangat lagi dalam meraih cita-cita jika sekalian meraih cinta.

Bingung, bingung dan bingung kadang hilang begitu saja ketika saya berbincang dengan dia. Dia akrab sekali. Dia seperti bukan orang lain lagi. Dia teman curhat. Bahkan, dia tahu sosok yang pernah saya sukai saat kecil.

Terkadang, tanpa kita putuskan hubungan apa yang akan kita jalin, keadaan dan suasanalah yang telah mengungkapkannya. Ketika mulut tak mampu mengungkapkan rasa, namun getaran suara hati mampu melantunkannya sendiri.

Akhirnya, hanya bisa menanti. Menanti sampai waktu yang mempertemukan kami. Menanti sambil memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Berjuang memperbaiki dengan sekuat hati, agar diri ini lebih pantas dimiliki pria sejati. Berusaha mempersiapkan diri agar lebih pantas menjadi pendamping suami.
Akankan ini teman hidup sejati?
Nantikan!
Tuhan merestui.